BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertusis (batuk rejan) adalah penyakit saluran
pernapasan akut. Penyakit ini biasa ditemukan pada anak-anak di bawah umur 5
tahun. Seperti halnya penyakit infeksi saluran pernapasan akut lainnya,
pertusis sangat mudah dan cepat penularannya. Penyakit tersebut dapat merupakan
salah satu penyebab tingginya angka kesakitan terutama di daerah padat
penduduk. Sirkulasi bakteri pertusis di daerah padat penduduk di Indonesia
belum diketahui secara pasti. Penyakit inidapat dicegah dengan imunisasi DPT.
Vaksinasi pertusis lebih efektif dalam melindungi terhadap penyakit daripada
melindungi infeksi. Perlindungan yang tidak lengkap terhadap penyakit pada anak
yang telah divaksinasi dapat menurunkan keganasan penyakit. Infeksi alam
memberi kekebalan mutlak terhadap pertusis selama masa kanak-kanak, sedangkan
perlindungan akibat imunisasi kurang lengkap karena masih ditemukan pertusis
pada anak yang telah mendapatimunisasi lengkap walaupun dengan gejala ringan.
Proporsi populasi yang rentan terhadap pertusis ditentukan oleh: tingkat
kelahiran bayi, cakupan imunisasi, efektivitas vaksin yang digunakan, insiden
penyakit dan derajat penurunan kekebalan setelah imunisasi atau sakit.
Diseluruh dunia ada 60
juta kasus pertusis setahun dengan lebih dari setengah juta meniggal.selama
masa prafaksin tahun 1922-1948, pertusis adalah penyebab utama kematian dari
penyakit menular pada anak dibawah usia 14 tahun di America serikat. Penggunaan
vaksin pertusis yang meluas menyebabkan penurunan kasus yang dramatis insiden
penyakit yang tinggi di Negara-negara sedang berkembang dan maju. Di America
penerapan kebijakan yang lemah sebagian menyebabkan naiknya insiden pertusis
pertahun sampai 1,2 kasus/100000 populasi dari tahun 1980-1989 dan pertusis
dibanyak Negara bagian.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa definisi dari pertusis ?
2.
Apa epidemiologi dari pertusis ?
3.
Apa
saja etiologi dari pertusis ?
4.
Bagaimana manifestasi klinis dari pertusis ?
5.
Bagaimana patofisiologi dari pertusis ?
6.
Apa saja pemeriksaan penunjang dari pertusis ?
7.
Bagaimana penatalaksanaan umum dari pertusis ?
8.
Bagaimana cara mencegah pertusis ?
1.3
Tujuan
1.
Untuk mengetahui definisi dari
pertusis
2.
Untuk mengetahui epidemologi dari
pertusis
3.
Untuk mengetahui etiologi dari
pertusis
4.
Untuk mengetahui manifestasi klinis
dari pertusis
5.
Untuk mengetahui patofisiologi dari
pertusis
6.
Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari pertusis
7.
Untuk penatalaksanaan umum dari pertusis
8.
Untuk mengetahui cara pencegahan
dari pertusis
1.4 Manfaat
1.
Dapat mengetahui definisi dari
pertusis
2.
Dapat mengetahui epidemologi dari
pertusis
3.
Dapat mengetahui etiologi dari
pertusis
4.
Dapat mengetahui manifestasi klinis
dari pertusis
5.
Dapat mengetahui patofisiologi dari
pertusis
6.
Dapat mengetahui pemeriksaan penunjang dari pertusis
7.
Dapat penatalaksanaan umum dari
pertusis
8.
Dapat mengetahui cara pencegahan
dari pertusis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pertusis adalah penyakit saluran
napas yang disebabkan oleh Bordetella pertusis. Nama lain penyakit ini adalah tussis
quinta, whooping cough, batuk rejan, batuk 100 hari. (Arif Mansjoer,
2000)
Pertusis adalah penyakit infeksi
yang ditandai dengan radang saluran nafas yang menimbulkan serangan batuk
panjang yang bertubi-tubi, berakhir dengan inspirasi berbising. (Ramali, 2003)
Pertusis adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan yang sangat menular dengan
ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang bersifat spasmodik dan
paroksismal disertai nada yang meninggi. (Rampengan, 1993)
Pertusis adalah suatu infeksi akut saluran nafas yang mengenai setiap
pejamu yang rentan, tetapi paling sering dan serius pada anak-anak. (Behrman,
1992)
2.2 Epidemologi
Pertusis
adalah satu dari penyakit-penyakit yang paling menular, dapat menimbulkan
“attack rate” 80-100% pada penduduk yang rentan. Di seluruh dunia ada 60 juta
kasus pertusis setahun dengan lebih dari 500.000 meninggal. Selama masa
pra-vaksin tahun 192-1948, pertusis adalah penyebab utama kematian dari
penyakit menular pada anak di bawah usia 14 tahun di Amerika Serikat.
Dilaporkan juga bahwa 50 persen adalah bayi kurang dari setahun, 75 persen
adalah anak kurang dari 5 tahun.
Pertusis
terutama mewabah di negara-negara berkembang dan maju, seperti Italian,
daerah-daerah tertentu di Jerman dimana cakupan vaksin rendah atau Nova Scatia
dimana digunakan vaksin yang kurang poten, dengan angka insidensi rata-rata
mencapai 200-500/100.000 populasi dengan angka kematian 350.000 pada anak
dibawah 5 tahun. Di Amerika Serikat sendiri dilaporkan insidensi tertinggi 4500
kasus sejak tahun 1967. Namun setelah hal tersebut, pertusis jarang sekali
kasusnya karena sudah lebih di galakkan vaksinasi. Pertusis adalah endemik, dengan ditumpangin
siklus endemik setiap 3-4 tahun sesudah akumulasi kelompok rentan yang cukup
besar. Dilaporkan sebagian kasus terjadi dari bulan Juli sampai dengan Oktober.
Pertusis sangat menular dengan angka serangan 100% pada individu rentan yang
terpajan pada aerosol dengan rentang yang rapat. Penyebaran terjadi melalui
kontak langsung atau melalui droplet yang ditularkan selama batuk. Dahulu
dikatakan bahwa Perempuan terkena lebih sering daripada laki-laki dengan
perbandingan 0.9:1 . Namun dengan laporan terbaru (Farizo, 1992) perbandingan
insidensi antara perempuan dan laki-laki menjadi sama sampai umur dibawah 14
tahun. Sedangkan proporsi anak belasan tahun dan orang dewasa yang terinfeksi
pertusis naik secara bersama samapai 27% pada tahun 1992-1993. Tanpa reinfeksi
alamiah dengan B.pertussis atau vaksinasi booster berulang, anak yang lebih tua
dan orang dewasa lebih rentan terhadap penyakit ini jika terpajan. Sedangkan
antibodi dari ibu secara transplasental pada anak tidaklah konsisten mencegah
bayi yang baru lahir terhadap pertussis. Pertussis pada neonatus yang berat
dapat ditemukan dengan gejala-gejala pertussis normal.
2.3 Etiologi
Bordetella pertusis adalah satu-satunya penyebab
pertusis yaitu bakteri gram negatif, tidak
bergerak, dan ditemukan dengan
melakukan swab pada
daerah nasofaring dan ditanamkan pada media agar Bordet-Gengou. (Arif
Mansjoer, 2000). Adapun ciri-ciri organisme ini
antara lain:
1.
Berbentuk batang (coccobacilus)
- Tidak dapat
bergerak
- Bersifat
gram negative
- Tidak
berspora, mempunyai kapsul
- Mati
pada suhu 55ºC selama ½ jam, dan tahan pada suhu rendah (0º- 10ºC)
- Dengan
pewarnaan Toluidin blue, dapat terlihat granula bipolar metakromatik
- Tidak
sensitif terhadap tetrasiklin, ampicillin, eritomisisn, tetapi resisten
terhdap penicillin
- Menghasilkan
2 macam toksin antara lain :
- Toksin
tidak tahan panas (Heat Labile Toxin).
- Endotoksin (lipopolisakarida)
2.4 Manifestasi Klinis
Masa
tunas 7 – 14 hari. Penyakit ini dapat berlangsung selama 6 minggu atau lebih
dan terbagi dalam 3 stadium:
a.
Stadium Kataralis
Stadium ini
berlangsung 1 – 2 minggu ditandai dengan adanya batuk-batuk ringan, terutama
pada malam hari, pilek, serak, anoreksia, dan demam ringan.Stadium ini
menyerupai influenza.
b.
Stadium spasmodic
Berlangsung selama 2 – 4
minggu, batuk semakin berat sehingga pasien gelisah dengan muka merah dan
sianotik.Batuk terjadi paroksismal berupa batuk-batuk khas. Serangan batuk
panjang dan tidak ada inspirasi di antaranya dan diakhiri dengan whoop (tarikan
nafas panjang dan dalam berbunyi melengking). Sering diakhiri muntah disertai
sputum kental.Anak-anak dapat sempat terberak-berak dan terkencing-kencing.
Akibat tekanan saat batuk dapat terjadi perdarahan subkonjungtiva dan
epistaksis. Tampak keringat, pembuluh darah leher dan muka lebar.
c.
Stadium konvalesensi
Berlangsung
selama 2 minggu sampai sembuh.Jumlah dan beratnya serangan batuk berkurang,
muntah berkurang, dan nafsu makan timbul kembali.
2.5 Patofisiologi
Penularan
terutama melalui saluran pernafasan, di mana Bordetella pertusis akan
terikat pada silia epitel saluran pernafasan. Bordetella pertusis tidak
memasuki jaringan sehingga tidak dijumpai dalam darah. Setelah mikroorganisme
terikat pada sillia, maka fungsi sillia akan terganggu sehingga aliran
mukus/lendir terhambat dan terjadi pengumpulan lendir. Adanya organisme ini
pada permukaan saluran pernafasan dapat terlihat dari bertambahnya sekret
mukus.Dan lendir yang terbentuk dapat menyumbat bronkus kecil hingga dapat
menimbulkan empisema dan atelektasis.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Pada stadium kataralis
dan permulaan stadium spasmodic jumlah leukosit meninggi kadang sampai
15.000-45000 per mm3 dengan limfositosis, diagnosis, dapat diperkuat
dengan mengisolasi kuman dari sekresi jalan napas yang dikeluarkan pada waktu
batuk.Secara laboratorium diagnosis pertusis dapat ditentukan berdasarkan
adanya kuman dalam biakan atau dengan pemeriksaan imunofluoresen.
2.7 Penatalaksanaan Umum
- Antibiotik
Eritromisin dengan dosis
50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis. Obat ini menghilangkan Bordetella
pertusis dari nasofaring dalam 2-6 hari (rata-rata 3-6 hari), dengan demikian
memperpendek kemungkinan penyebaran infeksi. Ampisilin dengan dosis 100
mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis. Lain-lain, seperti rovamisin, kloramfenikol,
kotrimoksasol, tetrasiklin, ekspektoran dan mukolitik, kodein (diberikan bila
terdapat batuk-batuk yang berat, dan luminal (sebagai sedatif).
- Imunoglobulin
diberikan bila diperlukan.
- Pencegahan dengan
imunisasi.
Diberikan vaksin
pertusis yang terdiri dari kuman bordetella pertusis yang telah
dimatikan untuk mendapatkan imunitas aktif. Vaksin ini diberikan bersama vaksin
difteri dan tetanus.Dosis yang dianjurkan 12 unit diberikan pada umur 2 bulan. Kontra
indikasi pemberian vaksin pertusis:
1.
Panas lebih dari 33ºC.
- Riwayat kejang.
- Reaksi berlebihan
setelah imunisasi DPT sebelumnya, misalnya suhu tinggi dengan kejang,
penurunan kesadaran, syok atau reaksi anafilatik lainnya.
- Terapi Suportif
- Hindari makanan
yang sulit ditelan.
- Lingkungan
perawatan penderita yang tenang.
- Pemberian jalan
nafas.
2.8 Pencegahan
- Imunisasi
aktif :
Dosis total 12 unit protektif vaksin
pertussis dalam 3 dosis yang seimbang dengan jarak 8 minggu. Imunisasi
dilakukan dengan menyediakan toksoid pertussis, difteria dan tetanus
(kombinasi). Jika pertusis bersifat prevalen dalam masyarakat, imunisasi dapat
dimulai pada waktu berumur 2 minggu dengan jarak 4 minggu. Anak-anak berumu
> 7 tahun : tidak rutin diimunisasi. Imunitas tidak permanen oleh karena
menurunnya proteksi selama adolesens ; infeksi pada penderita .besar biasanya
ringan tetapi berperansebagai sumber infeksi B.pertussis pada bayi-bayi non
imun.Vaksin pertusis monovalen (0.25 ml,i.m) telah dipakai untuk mengontrol
epidemi diantara orang dewasa yang terpapar. Efek samping sesudah imunisasi
pertussis termasuk manifestasi umum seperti eritema, indurasi, dan rasa sakit
pada tempat suntikan , dan sering terjadi panas, mengantuk, dan jarang terjadi
kejang, kolaps, hipotonik, hiporesponsif, ensefalopati, anafilaksis. Resiko
terjadinya kejang demam dapat dikurangi dengan pemberian asetaminofen (15mg/kg
BB, per oral) pada saat imunisasi dan setiap 4-6 jam untuk selama 48-72 jam. Imunisasi
pertama pertussis ditunda atau dihilangkan : Penyakit panas, kelainan
neurologis yang progresif atau perubahan neurologis, riwayat kejang dll. Riwayat
keluarga adanya kejang, “sudden infant death syndrome (SIDS)” atau reaksi berat
terhadap imunisasi pertussis bukanlah kontra indikasi untuk imunisasi
pertussis. Kontra indikasi untuk pemberian vaksin pertussis berikutnya termasuk
ensefalopati dalam 7 hari sebelum imunisasi, kejang demam atau kejang tanpa demam
dalam 3 hari sebelum imunisasi, menangis 3 jam, “high picth cry” dalam 2 hari,
kolaps atau hipotonik/hiporesponsif dalam 2 hari, suhu yang tidak dapat
diterangkan 40.5 °C dalam 2 hari, atau timbul anafilaksis. kontak :
1.
Eritromisin efektif untuk pencegahan
pertussis pada bayi-bayi baru lahir dan ibu-ibu dengan pertussis.
2.
Kontak intim yang berumur
3.
Eritromisin : 50 mg/kg BB/hari
dibagi dalam 4 dosis, peroral selama 14 hari. Anak yang berumur > 7 tahun
yang telah mendapatkan imunisasi juga diberikan eritromisin profilaksis.
Pengobatan eritromisin awal akan mengurangi penyebaran infeksi eliminasi B.
pertussis dari saluran pernafasan, dan mengurangi gejala-gejala penyakit.
Orang-orang
yang kontak dengan penderita pertussis yang belum mendapat imunisasi sebelumnya,
diberikan eritromisin selama 14 hari sesudah kontak diputuskan. Jika ada kontak
tidak dapat diputuskan, eritromisin diberikan sampai batuk penderita berhenti
atau mendapat eritromisin selama 7 hari. Vaksin pertussis monovalen dan
eritromisin diberikan pada waktu terjadi epidemi.
BAB 3
PATHWAY
BAB 4
ASUHAN
KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
Pada anak A, di Ruang
Anak RSUD DR Soetomo Surabaya
Tanggal Pengkajian : 7
Oktober 2016
Jam 11.30 WIB
4.1.1
IDENTITAS KLIEN
Nama Bayi: An A
TTL : 7/09/2009
Umur : 7 tahun 1 hari
Nama Ayah/ Ibu : Tn. M (Alm) / Ny.M
Pekerjaan Ibu : Buruh
Alamat : Penanggulan RT 04 RW I Pegandon - Kendal
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan ayah : SD
Pendidikan Ibu : SD
Diagnosa : Pertusis
4.1.2
RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN
A.
Keluhan Utama : Batuk Rejan
B.
Riwayat Penyakit Sekarang :
An A tinggal bersama
orang tuanya di tempat yang padat penduduk. Satu minggu terakhir an A mengeluh
pusing kepada ibunya. Ibu mengetahui an
A demam dan batuk yang timbul mula-mula malam hari. Setiap kali batuk an A
disertai rasa muntah, terkadang sampai muntah. Nafs makan an A menurun karena
seringnya batuk. Hingga karena batuknya semakin hebat, ibunya memutuskan untuk
di bawa kerumah sakit.
C.
Riwayat Penyakit dahulu :
Tidak ada
D.
Riwayat Keluarga :
Tidak Ada
4.1.3
OBSERVASI
DAN PEMERIKSAAN FISIK
a.
Keadaan Umum : Baik, Kesadaran Kompos Mentis
b.
Tanda-Tanda Vital :
S : 380
N :102 x/mnt
TD :110/80 mmHg
RR : 30 x/mnt
4.1.4
REVIEW OF SYSTEM
a.
Pernafasan B1 (breath)
Bentuk dada :
normal
Pola nafas : tidak teratur
Suara napas : ronchi
Batuk : ya, ada
sekret
Retraksi otot bantu
napas : ada
Alat bantu pernapasan : nasal kanul 3 lpm
b.
Kardiovaskular B2 (blood)
Irama jantung : regular
Nyeri dada : tidak
Bunyi jantung : normal
Akral : panas
c.
Persyarafan B3 (brain)
Keluhan pusing (+)
Gangguan tidur (+)
Penglihatan (mata) : anemia
Pendengaran (telinga) : tidak ada gangguan
Penciuman (hidung) : tidak ada gangguan
d.
Perkemihan B4 (bladder)
Kebersihan : bersih
Bentuk alat kelamin : normal
Uretra : normal
e.
Pencernaan B5 (bowel)
Nafsu makan : menurun
Porsi makan : tidak habis, 3 kali
sehari
Mulut : bersih
Mukosa : lembap
f.
Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
Kemampuan pergerakan
sendi : bebas
4.1.5
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1.
Pemeriksaan darah lengkap(DL) jumlah leukosit antara 11.000-75.000 sel /
m³darah
2.
Kultur Bordetella Pertusis
3.
Foto Thorax menunjukkan adanya atelektasis
4.2 Diagnosa Keperawatan
1.
Ketidak efektifan
bersihan jalan nafas
2.
Hipertermia
3.
Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
4.3
Perencanaan
NO
|
TANGGAL
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN DITEGAKKAN/KODE DIAGNOSA
|
NOC DAN INDIKATOR SERTA NILAI AWAL DAN NILAI TARGET
|
NIC RENCANA TINDAKAN ATAU
URAIAN AKTIVITAS
|
1
2
3
4
|
7 Oktober 2016
10 oktober 2016
10 oktober 2016
10 oktober 2016
|
Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d mucus
berlebihan di tandai oleh sputum dalam jumlah yang berlebihan
Ketidak efektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan rokok dan polusi ditandai oleh Pasien mengeluh
batuk, dispnea, terdapat suara napas tambahan,
sianosis dan batuk tidak efektif
Nyeri akut
berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma) ditandai oleh pasien mengeluh nyeri dada meningkat
karena pernapasan dan batuk, pucat dan ekspresi wajah nyeri(bingung,
ansietas).
Kerusakan inategritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik ditandai
oleh klien mengeluh adanya luka tusukan benda tajam dan ada luka bekas
tusukan benda tajam
|
- Tujuan
: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam pola pernafasan teratasi
Kriteria hasil :
- Status
Pernafasan : kepatenan jalan nafas (0410)
Kode
|
Indikator
|
S.A
|
S.T
|
041004
|
Frekuensi pernafasan
|
3
|
5
|
041005
|
Irama pernafasan
|
3
|
5
|
041012
|
Kemampuan mengeluarkan sekret
|
3
|
5
|
Keterangan : 041004, 041005, 041012,
- Deviasi
berat dari kisaran normal
- Deviasi
yang cukup berat dari kisaran normal
- Deviasi
sedang dari kisaran normal
- Deviasi
ringan dari kisaran normal
- Tidak
ada diviasi dari kisaran normal
keterangan : 041513, 041514,
041515, 041522 &041511
- Sangat
berat
- Berat
- Cukup
- Ringan
- Tidak
ada
- Status
Pernafasan Ventilasi (0403)
Kode
|
Indikator
|
S.A
|
S.T
|
040309
|
Penggunaan otot bantu nafas
|
2
|
5
|
Keterangan:
- Sangat
berat
- Berat
- Cukup
- Ringan
- Tidak
ada
- Tujuan
: setelah dilakukan asuhan selama 2 x 24 jam ketidakefektifan
bersihan jalan nafas teratasi
Kriteria hasil :
Status pernafasan: kepatenan jalan nafas (0410)
Kode
|
Indikator
|
S.A
|
S.T
|
041012
|
Kemampuan untuk mengeluarkan secret
|
3
|
5
|
041018
|
Penggunaan otot bantu nafas
|
2
|
5
|
041021
|
Akumulasi sputum
|
3
|
5
|
Keterangan: 041012
- Deviasi
berat dari kisaran normal
- Deviasi
yang cukup berat dari kisaran normal
- Deviasi
sedang dari kisaran normal
- Deviasi
ringan dari kisaran normal
- Tidak
ada diviasi dari kisaran normal
Keterangan : 041018 & 041021
- Sangat
berat
- Berat
- Cukup
- Ringan
- Tidak
ada
- Tujuan
: setelah dilakukan asuhan selama 1 x 24 jam nyeri akut teratasi
Kriteria hasil :
- Kontrol
nyeri (1605)
Kode
|
Indikator
|
S.A
|
S.T
|
160505
|
Menggunakan analgesik yang
direkomendasikan
|
2
|
5
|
Keterangan :
- Tidak
pernah menunjukan
- Jarang
menunjukan
- Kadang-kadang
menunjukan
- Sering
menunjukan
- secara
konsisten menujukkan
- status
kenyamanan fisik (2010)
Kode
|
Indikator
|
S.A
|
S.T
|
201011
|
Kepatenan jalan nafas
|
2
|
5
|
201017
|
Nyeri otot
|
2
|
5
|
Keterangan : 201011
- sangat
terganggu
- banyak
terganggu
- cukup
terganggu
- sedikit
terganggu
- tidak
terganggu
keterangan: 201017
- berat
- cukup
berat
- sedang
- ringan
- tidak
ada
- tanda-tanda
vital (0802)
Kode
|
Indikator
|
S.A
|
S.T
|
080203
|
Denyut nadi radial
|
2
|
5
|
080210
|
Irama pernafasan
|
2
|
5
|
Keterangan:
- deviasi
berat daari kisaran normal
- deviasi
yang cukup berat dari kisaran normal
- deviasi
sedang dari kisaran normal
- deviasi
ringan dari kisaran normal
- tidak
ada deviasi dari kisaran normal
- Tujuan
: setelah dilakukan asuhan selama 7 x 24 jam kerusakan integritas kulit
teratasi.
Kriteria hasil:
Integritas jaringan:kulit & membran mukosa
(1101)
Kode
|
Indikator
|
S.A
|
S.T
|
110113
|
Lesi pada kulit
|
2
|
5
|
110114
|
Lesi mukosa membran
|
2
|
5
|
Keterangan:
- berat
- cukup
berat
- sedang
- ringan
- tidak
ada
|
Manajemen Jalan Nafas (3140)
- pastikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- identifikasi
kebutuhan aktual / potensial pasien untuk memasukkan alat membuka jalan
nafas
- auskultasi
suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak adanya
suara tambahan
- posisikan
untuk meringankan sesak nafas
Monitor Pernafasan (3350)
- monitor
kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas.
- Catat
pergerakan dada, ketidaksimetrisan, penggunaan otot-otot bantu nafas,
dan retraksi pada otot supraclavicula dan inter costa
- Monitor
suara nafas tambah seperti ngorok atau mengi
- Monitor
pola nafas (mis; bradipneu, hiperventilasi, pernafasan kusmaul, pernafasan
1:1, apnuestik, respirasi biot, dan pola ataxic)
- palpasi
kesimetrisan paru
- monitor
kemampuan batuk efektif
Penghisapan Lendir Pada Jalan
Nafas (3160)
- lakukan
tindakan cuci tangan
- lakukan
tindakan (universal percaution)
- gunakan
alat pelindung (sarung tanga, kacamata, masker), sesuai dengan
kebutuhan.
- Tentuka
perlunya suction mulut atau trakea
- Auskultasi
suara nafas sebelum dan setelah tindakan suction
- Instruksikan
kepada pasien untuk menarik nafas dalam sebelum dilakukan suction naso
tracheal dan gunakan oksigen seuai kebutuhan.
- Gunakan
angka terendah pada dinding suction yang diperlukan untuk membuang
sekresi (mis., 80-120 mmHg untuk pasien dewasa)
- Monitor
dan catat warna, jumlah dan konsistensi sekret
- Kirimkan
sample secret untuk tes kultur dan sensivitas, sebagai mestinya
- Instruksikan
pasien dan keluarga untuk melakukan suksion jalan nafas, sebagai
mestinya.
Manajemen Nyeri (1400)
- Lakukan
pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi,
frekuensi,kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus.
- Pastikan
perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemantauan yang ketat.
- Berikan
individu penurun nyeri yang optimal dengan resepan analgesik
- Gunakan
tindakan pengontrol nyeri sebelum nyeri bertambah berat.
- Dukung
istirahat adekuat untuk penurunan nyeri
- Beri
tahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau keluhan pasien saat ini
berubah signifikan dari pengalaman nyeri sebelumnya.
Pemberian analgesik (2210)
1.
Tentukan lokasi, karakteristik dan
keparahan nyeri sebelum mengobati pasien.
2.
Cek perintah pengobatan meliputi
obat, dosis, dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan.
3.
Cek adanya riwayat alergi obat
4.
Tentukan pilihan obat anal gesik
5.
Monitor tanda vital sebelum dan
setelah memberikan analgesik narkotik pada pemberian dosis pertama kali atau
jika ditemukan tanda-tanda yang tidak biasanya.
6.
Berikan analgesik sesuai waktu
paruhnya, terutama pada nyeri yang berat.
7.
Lakukan tindakan-tindakan untuk
menurunkan efek samping analgesik (misalnya konstipasi, dan iritasi lambung)
8.
Kolaborasikan dengan dokter apakah
obat, dosis, rute pemberian, atau perubahan interval dibutuhkan, buat
rekomendasi khusus berdasarkan prinsip analgetik.
9.
Ajarkan tentang efek samping, dan
harapan terkait dengan keterlibatan dalam keputusan pengurangan nyeri.
Perawatan Luka (3660)
- Angkat balutan dan plester perekat
- Ukur
luas luka
- Berikan
rawatan insisi pada luka, yang diperlukan
- Berikan
balutan yang sesuai dengan jenis luka
- Pertahankan
teknik balutan steril ketika melakukan perawatan luka dengan tepat
- Ganti
balutan sesuai dengan jumlah eksudat dan drainase luka dengan tepat
- Periksa
luka setiap kali perubahan balutan
- Bandingkan
dan catat setiap perubahan luka
- Dorong
cairan, yang sesuai
- Anjurkan
pasien dan keluarga pada prosedur perawatan luka
- Anjurka
pasien dan keluarga untuk mengenal tanda dan gejala infeksi
- Dokumentasi
lokasi luka, ukuran, dan tampilan.
|
4.4
Penatalaksanaan
Hari/Tanggal
|
No Diagnosa
|
Tindakan Keperawatan
|
Evaluasi Proses
|
Ttd
|
7 Oktober 2016
|
00031
|
Manajemen Jalan Nafas (3140)
- pastikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- identifikasi
kebutuhan aktual / potensial pasien untuk memasukkan alat membuka jalan
nafas
- auskultasi
suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak adanya
suara tambahan
4.
posisikan untuk meringankan sesak
nafas
Monitor Pernafasan (3350)
- monitor
kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas.
- Catat
pergerakan dada, ketidaksimetrisan, penggunaan otot-otot bantu nafas,
dan retraksi pada otot supraclavicula dan inter costa
- Monitor
suara nafas tambah seperti ngorok atau mengi
- Monitor
pola nafas (mis; bradipneu, hiperventilasi, pernafasan kusmaul,
pernafasan 1:1, apnuestik, respirasi biot, dan pola ataxic)
- palpasi
kesimetrisan paru
- monitor
kemampuan batuk efektif
|
1.
memastikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2.
mengidentifikasi
kebutuhan actual/potensial pasien untuk memasukkan alat membuka jalan nafas
3.
mengauskultasi
nafas, mencatat area yang ventilasinya menurun/tidak adanya suara tambahan
4.
memposisikan
untuk meringankan sesak nafas
Monitor
Pernafasan (3350)
- memonitor kecepatan, irama,
kedalaman dan kesulitan bernafas.
- mencatat pergerakan dada,
ketidaksimetrisan, penggunaan otot-otot bantu nafas, dan retraksi pada
otot supraclavicula dan inter costa
- Memonitor suara nafas tambah
seperti ngorok atau mengi
- Memonitor pola nafas (mis;
bradipneu, hiperventilasi, pernafasan kusmaul, pernafasan 1:1,
apnuestik, respirasi biot, dan pola ataxic)
- mempalpasi kesimetrisan paru
- memonitor kemampuan batuk
efektif
|
|
Jumat/7-10-2016
|
00031
|
Penghisapan Lendir Pada Jalan
Nafas (3160)
- lakukan
tindakan cuci tangan
- lakukan
tindakan (universal percaution)
- gunakan
alat pelindung (sarung tanga, kacamata, masker), sesuai dengan
kebutuhan.
- Tentuka
perlunya suction mulut atau trakea
- Auskultasi
suara nafas sebelum dan setelah tindakan suction
- Instruksikan
kepada pasien untuk menarik nafas dalam sebelum dilakukan suction naso
tracheal dan gunakan oksigen seuai kebutuhan.
- Gunakan
angka terendah pada dinding suction yang diperlukan untuk membuang
sekresi (mis., 80-120 mmHg untuk pasien dewasa)
- Monitor
dan catat warna, jumlah dan konsistensi sekret
- Kirimkan
sample secret untuk tes kultur dan sensivitas, sebagai mestinya
- Instruksikan
pasien dan keluarga untuk melakukan suksion jalan nafas, sebagai
mestinya.
|
Penghisapan Lendir Pada Jalan
Nafas (3160)
- Melakukan tindakan cuci tangan
- Melakukan tindakan (universal
percaution)
- Menggunakan alat pelindung
(sarung tanga, kacamata, masker), sesuai dengan kebutuhan.
- Menentuka perlunya suction mulut
atau trakea
- Mengauskultasi
suara nafas sebelum dan setelah tindakan suction
- Menginstruksikan
kepada pasien untuk menarik nafas dalam sebelum dilakukan suction naso
tracheal dan gunakan oksigen seuai kebutuhan.
- Mengguunakan
angka terendah pada dinding suction yang diperlukan untuk membuang
sekresi (mis., 80-120 mmHg untuk pasien dewasa)
- Memonitor dan catat warna,
jumlah dan konsistensi sekret
- Mengirimkan sample secret untuk
tes kultur dan sensivitas, sebagai mestinya
- Menginstruksikan
pasien dan keluarga untuk melakukan suksion jalan nafas, sebagai
mestinya.
|
|
Jumat/7-10-2016
|
00132
|
Manajemen Nyeri (1400)
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi
lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi,kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan faktor pencetus.
2. Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan
dengan pemantauan yang ketat.
3. Berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan
resepan analgesik
4. Gunakan tindakan pengontrol nyeri sebelum nyeri
bertambah berat.
5. Dukung istirahat adekuat untuk penurunan nyeri
6. Beri tahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau
keluhan pasien saat ini berubah signifikan dari pengalaman nyeri sebelumnya.
Pemberian analgesik (2210)
1. Tentukan lokasi, karakteristik dan keparahan nyeri
sebelum mengobati pasien.
2. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan
frekuensi obat analgesik yang diresepkan.
3. Cek adanya riwayat alergi obat
4. Tentukan pilihan obat anal gesik
5. Monitor tanda vital sebelum dan setelah memberikan
analgesik narkotik pada pemberian dosis pertama kali atau jika ditemukan
tanda-tanda yang tidak biasanya.
6. Berikan analgesik sesuai waktu paruhnya, terutama
pada nyeri yang berat.
7. Lakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan efek
samping analgesik (misalnya konstipasi, dan iritasi lambung)
8. Kolaborasikan dengan dokter apakah obat, dosis, rute
pemberian, atau perubahan interval dibutuhkan, buat rekomendasi khusus
berdasarkan prinsip analgetik.
9. Ajarkan tentang efek samping, dan harapan terkait
dengan keterlibatan dalam keputusan pengurangan nyeri.
|
Manajemen Nyeri (1400)
1.
Melakukan
pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi,kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor
pencetus.
2.
Memastikan
perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemantauan yang ketat.
3.
Memberikan
individu penurun nyeri yang optimal dengan resepan analgesik
4.
Menggunakan
tindakan pengontrol nyeri sebelum nyeri bertambah berat.
5.
Mendukung
istirahat adekuat untuk penurunan nyeri
6.
Memberi tahu
dokter jika tindakan tidak berhasil atau keluhan pasien saat ini berubah
signifikan dari pengalaman nyeri sebelumnya.
Pemberian analgesik (2210)
1.
Menentukan
lokasi, karakteristik dan keparahan nyeri sebelum mengobati pasien.
2.
Mengecek
perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekuensi obat analgesik yang
diresepkan.
3. Mengecek adanya riwayat alergi obat
4. Menentukan pilihan obat anal gesik
5. Memonitor
tanda vital sebelum dan setelah memberikan analgesik narkotik pada pemberian
dosis pertama kali atau jika ditemukan tanda-tanda yang tidak biasanya.
6. Memberikan analgesik sesuai waktu paruhnya, terutama
pada nyeri yang berat.
7. Melakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan efek
samping analgesik (misalnya konstipasi, dan iritasi lambung)
8. Kolaborasikan
dengan dokter apakah obat, dosis, rute pemberian, atau perubahan interval
dibutuhkan, buat rekomendasi khusus berdasarkan prinsip analgetik.
9. Ajarkan
tentang efek samping, dan harapan terkait dengan keterlibatan dalam keputusan
pengurangan nyeri.
|
|
Jumat/7-10-2016
|
00046
|
Perawatan Luka (3660)
- Angkat balutan dan plester perekat
- Ukur
luas luka
- Berikan
rawatan insisi pada luka, yang diperlukan
- Berikan
balutan yang sesuai dengan jenis luka
- Pertahankan
teknik balutan steril ketika melakukan perawatan luka dengan tepat
- Ganti
balutan sesuai dengan jumlah eksudat dan drainase luka dengan tepat
- Periksa
luka setiap kali perubahan balutan
- Bandingkan
dan catat setiap perubahan luka
- Dorong
cairan, yang sesuai
- Anjurkan
pasien dan keluarga pada prosedur perawatan luka
- Anjurka
pasien dan keluarga untuk mengenal tanda dan gejala infeksi
- Dokumentasi
lokasi luka, ukuran, dan tampilan.
|
Perawatan Luka (3660)
- Mengangkat
balutan dan plester perekat
- Mengukur
luas luka
- Memberikan rawatan insisi pada
luka, yang diperlukan
- Memberikan balutan yang sesuai
dengan jenis luka
- mempertahankan teknik balutan
steril ketika melakukan perawatan luka dengan tepat
- Mengganti
balutan sesuai dengan jumlah eksudat dan drainase luka dengan tepat
- Memeriksa luka setiap kali
perubahan balutan
- Membandingkan dan catat setiap
perubahan luka
- mendorong cairan, yang sesuai
- Menganjurkan
pasien dan keluarga pada prosedur perawatan luka
- Menganjurka
pasien dan keluarga untuk mengenal tanda dan gejala infeksi
- mendokumentasi lokasi luka,
ukuran, dan tampilan.
|
|
4.5
Evaluasi
|
|
Hari/Tanggal, Jam
|
No. Diagnosa
|
Evaluasi
|
TTD
|
1
|
Jumat/7-10-2016, 09.00 wib
|
00031
|
S : Pasien
mengatakan bahwa pola pernapasan tidak teratur
O : Pola napas
tidak teratur dan terdapat secret
A :
Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d mucus berlebihan
P : Membersihan
saluran pernapasan terlebih dahulu
|
|
2
|
Jumat/7-10-2016, 09.00 wib
|
00031
|
S : Pasien
mengeluh batuk
O : Dipsnea,
terdapat suara napas tambahan
A :
Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d rokok dan polusi
P : Menjauhkan
asap rokok dan polusi dari pasien.
|
|
3
|
Jumat/7-10-2016, 09.00 wib
|
00132
|
S : Pasien
mengeluh nyeri pada dada
O : Pasien
terlihat bingung, pucat serta ansietas
A : Nyeri akut
b.d agen cedera fisik (trauma)
P : Memberikan
obat anti nyeri dan menyuruh pasien untuk beristirahat
|
|
4
|
Jumat/7-10-2016, 09.00 wib
|
00046
|
S : Pasien
mengeluh bahwa ada luka bekas tusukan benda tajam
O : Terdapat
lesi pada kulit
A : Kerusakan
inategritas kulit berhubungan dengan
faktor mekanik
P : Mengobati luka pasien
|
|
BAB
5
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Pertusis
banyak menyerang anak di bawah umur 5 tahun, dan ini banya di temukan di daerah
yang belum di adakan imunisasi DPT, tetapi sekarang banyak pertusis sudah
jarang di temuka di indonesia, karana banyi usia 2 bulan sudah di berikan
imunisasi DPT. Tetapi kadang anka yang sudah di beri umunisasi terkadang belum
memiliki kekebalan 100% memberikan perlindungan terhadap infeksi. Berarti
anak-anak tersebut masih rentang terhadap infeksi pertusis.
5.2
Saran
menurut
kelompok kami, bawalah anak anda untuk imunisasi sesuai waktunya, periksakan
kesehatan secara berkala, hindarkan pada anak dengan penyakit pertusis karena
menular.
DAFTAR
PUSTAKA
Manjoer, Arief. 2000. Kapita
Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid II.
Jakarta: Media Aesculapius
Behrman, Kliegnan, Arvin. 1999. Ilmu
Kesehatan Anak Nelson, Vol. 2, Edisi 15. Jakarta: EGC
Hidayat, A. Aziz Alimul.2006.Pengantar
Ilmu Keperawatan Anak.Jakarta :Salemba Medika
Ngastiah.2005.Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta:EGC
Suriadi, dan Yuliani Rita. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi
1.Jakarta : PT Fajar Interpratama. http://textbookofbacteriology.net/pertussis.html
Law, Barbara J. Pertussis.
Kendig’s : Disorders of Respiratory
Tract in Children. Philadelphia, USA. WB Saunders, 1998. 6th
edition. Chapter 62. h :1018-1023.
http://andreassunaryosdsjember.blogspot.co.id/