Home

Translate

Selasa, 27 Desember 2016

Tips


Mengatasi Kamar Tidur Yang Lembab

 

            Hi..Hi. .. semua ^_^. Mimin mau bagi-bagi tips nih, terutama /buat anak-anak kos yang tinggal jauuuhhh dari rumah. Semoga bermanfaat yaa. Postingan kali ini berhubungan dengan kamar tidur.

            Baru-baru ini saya pindah kos dan dapat kamar kos yang cukup dingin. Awalnya senang karena tidak membutuhkan kipas angin untuk membuat udara menjadi dingin. Ternyata setelah hujan, bukan hanya dingin yang terasa tapi kamar menjadi lembab, sehingga udara menjadi lembab pula. Saya berfikir ini kedepannya bisa membuat kesehatan menjadi buruk. Karena itu saya berencana mencari solusi untuk mengatasi "lembab" ini.

 

            Berikut ada beberapa hal yang saya dapatkan untuk membantu mengatasi kamar tidur yang lembab.

 

Penyebab Kamar Lembap

            Hal pertama yang harus diketahui bila kamar tidur menjadi lembab adalah mengetahui penyebabnya. Berikut adalah beberapa hal yang dapat menyebabkan kamar tidur menjadi lembab.

·         Sirkulasi udara yang tidak baik. Jendela dan ventelasi yang kurang akan membuat pertukaran udara di kamar kurang baik dan menyebabkan udara dalam kamar bertambah kandungan airnya.

·         Genting/atap yang bocor. Dapat menyebabkan air hujan masuk dapat membuat udara menjadi lembap.

·         Kebocoran pada instalasi air atau saluran pembuangan air (kamar mandi).

·         Penampungan air yang cukup banyak di kamar. Bak mandi adalah tempat menampung air. Ini dapat meningkatkan jumlah kandungan air di dalam kamar lebih tinggi.

 

Akibat Kamar Lembap

            Udara yang lembap akan menjadi tempat favorit perkembangbiakan jamur. Akibatnya, hal-hal merugikan yang dapat timbul, yaitu:

·         Berbagai perabot dalam kamar yang terbuat dari kayu jadi lebih cepat lapuk. Kayu sangat rentan terhadap udara lembap yang dapat menyebabkan kelapukan

·         Merusak foto, surat-surat atau lukisan. Dapat tumbuh jamur pada benda-benda yang mulai lembab dan dapat membuatnya rusak.

·         Peralatan elektronik juga menjadi cepat rusak 

·         Tembok rumah yang terlihat kotor dan tidak menarik akibat tumbuhnya jamur. Atau juga pada plafon yang meninggalkan bekas seperti bekas aliran air.

·         Dapat mengganggu kesehatan penghuni kamar. Batuk atau alergi adalah beberapa yang mungkin saja disebabkan karena perkembangbiakan jamur pada kamar yang lembap.

 

Mengatasi kamar Lembap

            Untuk mengatasi kamar tidur yang lembab, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, antara lain:

·         Perbaiki sumber kelembapan

                        Hal yang paling utama adalah mengetahui terlebih dahulu, apa penyebab udara dalam kamar menjadi lembap. Apakah karena adanya kebocoran atau sirkulasi udara yang tidak baik. Mengetahui penyebabnya secara pasti, membantu mencegah terjadinya kerusakan kembali pada tembok atau plafon yang sudah diperbaiki.

·         Memasang Exhaust Fan

                        Sesuai fungsinya, exhaust fan dapat membawa udara dari dalam ruangan ke luar ruangan. Hal ini dapat membuat adanya sirkulasi udara dalam kamar dan mengeluarkan udara lembap dari dalam kamar.

·         Kipas Angin pada Langit-Langit (Ceiling fan


                        Kipas angin akan membuat perputaran angin dalam kamar dengan lebih baik dan mengurangi jumlah air yang terdapat dalam udara di dalam kamar.

 

 

·         Memakai Kapur Serap Air

                        Anda dapat membeli kapur jenis ini di toko atau supermarket. Kapur ini berfungsi menyerap kadar air yang ada di dalam udara. Menggunakan kapur ini harus diganti secara periodic karena air yang diserap akan tersimpan di bagian dalamnya. Jika sudah penuh, kapur ini tidak bisa menyerap air lagi sehingga perlu yang baru.

·         Menggunakan Dehumidifier


                        Sebuah alat yang dirancang untuk menghilangkan udara lembap. Cara kerjanya adalah dengan mengeluarkan udara lembap yang kemudian diubah menjadi udara dingin, sehingga menghasilkan udara yang lebih baik.

                        Dari berbagai cara mengatasi kamar tidur yang lembab, sepertinya saya akan memilih untuk memakai kapur serap air, untuk ukuran anak kos, cara ini yang paling mudah untuk diterapkan, hehehe. Dan pastinya harus sering-sering membuka pintu dan jendela saat siang hari supaya udara bisa bersirkulasi dan sinar matahari dapat masuk ke kamar sehingga dapat menghangatkan udara di dalam kamar. 

 

Terima kasih sudah membaca artikel di blog saya, semoga bermanfaat.

 

Nilai Normal Pemeriksaan Laboratorium


Nilai Normal Laboratorium

 

 

Normal Gula Darah

Pria:
Glukosa Puasa : 80 – 100 (mg/dl)
Glukosa Post prandial  : 100 - 120 (mg/dl)
Glukosa Sewaktu : < 150 (mg/dl)
Wanita:
Glukosa Puasa : 80 – 100 (mg/dl)
Glukosa Post prandial : 100 - 120 (mg/dl)
Glukosa Sewaktu : < 150 (mg/dl)

 

Nilai Normal Asam Urat

Pria:

Asam urat : 3.4 – 7.0 (mg/dl)
 Wanita:

Asam urat : 2.4 – 5.7 (mg/dl)

 

Nilai Normal Kolesterol

Pria:
Kolesterol total : < 200 (mg/dl)
Trigliserida : < 150 (mg/dl)
HDL – Kolesterol : > 55 (mg/dl)
LDL – kolesterol : < 150 (mg/dl)
Wanita:
Kolesterol total : < 200 (mg/dl)
Trigliserida : < 150 (mg/dl)
HDL – Kolesterol : > 65 (mg/dl)
LDL – kolesterol : < 150 (mg/dl)

 

Nilai Normal Leukosit

Pria:

Leukosit : 4.000 – 11.000 (5.000 – 10.000) (/ul)
 Wanita:

Leukosit : 5.000 – 10.000(/ul)

 

Nilai Normal Trombosit

Pria:

Trombosit : 150.000 – 440.000 (150.000 – 400.000) (/ul)
Wanita:

Trombosit : 150.000 – 400.000(/ul)

 

 

 

Nilai Normal tekanan Darah

Optimal : 110/70 mmHg
Normal: 120/80 mmHg

 

Nilai Normal Hemoglobin (Nilai Normal Hb)

Pria:

Haemoglobin (Hb) : 13.5 – 17.5 (13 – 16) (g/dl)
Wanita:

 Haemoglobin (Hb) : 12 – 15 (g/dl)

 

Nilai Normal eritrosit

Pria:

Eritrosit : 4.5 – 5.9 (4.5 – 5.5) (juta/ul)
Wanita:

Eritrosit : 4 – 5 (juta/ul)

 

Nilai Normal Hematokrit

Pria:

Hematokrit (Ht) : 41.0 – 53.0 (40 – 54) (%)
Wanita : 

Hematokrit (Ht) : 36 – 47 (%)

 

Nilai Normal SGOT SGPT

Pria:
SGOT : 5 – 40 (u/l)
SGPT : 5 – 41 (u/l)
Wanita:
SGOT : 5 – 40 (u/l)
SGPT : 5 – 41 (u/l)

 

Nilai Normal Albumin

Pria:

Albumin : 3.8 – 5.0 (gr %)
Wanita:

Albumin : 3.8 – 5.0 (gr %)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Nilai Normal Bilirubin

Pria:
Bilirubin total : 0.2 – 1 (mg %)
Bilirubin direk : 0 – 0.2 (mg %)
Bilirubin indirek : 0.2 – 0.8 (mg %)
Wanita:
Bilirubin total : 0.2 – 1 (mg %)
Bilirubin direk : 0 – 0.2 (mg %)
Bilirubin indirek : 0.2 – 0.8 (mg %)

 

Nilai Normal Kreatinin

Pria :

Kreatinin : 0.5 – 1.5 (mg/dl)
Wanita :

Kreatinin : 0.5 – 1.5 (mg/dl)

 

Nilai Normal Ureum (Nilai Normal BUN)

Pria :

Ureum : 15 – 40 (mg/dl)
Wanita :

Ureum : 15 – 40 (mg/dl)

 

Nilai Normal LED

Pria :

Laju Endap Darah (LED) : 0 – 10 (mm/jam)
Wanita :

 Laju Endap Darah (LED) : < 15 (mm/jam)

 

Nilai Normal AGD

Pria / wanita:
pH 7,35-7,45
PaCO2 35-45 mmHg
PaO2 80 -100 mmHg
SaO2 95 % atau lebih
HCO3- 22-26 mEq/L
% Met Hb <2,0%
% CO Hb <3,0 %
Base Excess -2,0 s/d 2,0 mEq/L
CaO2 16-22 ml O2/dL

Nilai Normal HbA1C

Orang normal : 4,0 – 6,0 %
DM terkontrol baik : kurang dari 7%
DM terkontrol lumayan : 7,0 – 8,0 %
DM tidak terkontrol : > 8,0 %

Nilai Normal CD4

Pria / Wanita: 800 - 1050 (sel/mm3)

Nilai Normal GFR (Glomerular Filtration Rate)

Pria:

 120 ± 25 ml/mnt
Wanita :

 95 ± 20 ml/mnt

 

Nilai Normal HbsAg

Pria :

negatif
Wanita:

negative

 

Nilai Normal PSA

Umur 40-49 tahun : 0-2,5 ng/ml
Umur 50-59 tahun : 0-3,5 ng/ml
Umur 60-69 tahun : 0-4,5 ng/ml
Umur 70-79 tahun : 0-6,5 ng/ml

 

 
http://andreassunaryosdsjember.blogspot.co.id/

Senin, 19 Desember 2016

Peran dan Fungsi Perawat


PERAN DAN FUNGSI PERAWAT

 

A. Peran Perawat

            Perawat memiliki peran sebagai berikut :

            1. Pemberi asuhan keperawatan, dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia, yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan asuhan keperawatan  dengan menggunakan proses keperawatan, dari  yang sederhana  sampai dengan kompleks

            2. Advokat pasien, dengan menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien.

            3. Educator, dengan cara membantu pasien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala, penyakit, bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan

            4. Coordinator, dengan cara mengarahkan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan pasien

            5. Kolabolator, peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain, berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi / tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya

            6. Konsultan, perawat sebagai tempat konsultasi terhadap masalah / tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini diberikan atas permintaan klien  tentang informasi terhadap tujuan pelayanan keperawatan yang diberkan

            7. Peneliti, perawat mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan

 

 

 

 

 

 

B. Fungsi perawat

            Fungsi perawat adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi tesebut dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada, perawat dalam menjalankan perannya memiliki beberapa fungsi seperti :

 

1. Fungsi independen

            - dalam fungsi ini, tindakan perawat tidak memerlukan perintah dokter

            - tindakan perawat bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmu keperawatan

            - perawat bertanggung jawab terhadap akibat yang timbul  dari tindakan yang diambil.      Contoh melakukan pengkajian

2. Fungsi dependen

            - perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan dan tindakan khusus         yang menjadi wewenang dokter dan seharusnya dilakukan dokter, seperti pemasangan     infuse, pemberian obat dan melakukan suntikan.

            - oleh karena itu, setiap kegagalan tindakan medis menjadi tanggung jawab dokter

3. Fungsi interdependen

            - Tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan tim kesehatan lain

            - contohnya untuk menangani ibu hamil yang menderita diabetes, perawat bersama ahli     gizi bekerja sama membuat rencana untuk menentukan kebutuhan  makanan yang       dibutuhkan bagi ibu dan perkembangan janin

 

C. Kesimpulan

 

            Peran perawat diartikan sebagai tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam system dimana dapat dipengaruhioleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan

            Fungsi perawat adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perannya yang dapat berubah sesuai dengan keadaanhttp://andreassunaryosdsjember.blogspot.co.id/

Asuhan Keperawatan pada anak dengan Pertusis


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertusis (batuk rejan) adalah penyakit saluran pernapasan akut. Penyakit ini biasa ditemukan pada anak-anak di bawah umur 5 tahun. Seperti halnya penyakit infeksi saluran pernapasan akut lainnya, pertusis sangat mudah dan cepat penularannya. Penyakit tersebut dapat merupakan salah satu penyebab tingginya angka kesakitan terutama di daerah padat penduduk. Sirkulasi bakteri pertusis di daerah padat penduduk di Indonesia belum diketahui secara pasti. Penyakit inidapat dicegah dengan imunisasi DPT. Vaksinasi pertusis lebih efektif dalam melindungi terhadap penyakit daripada melindungi infeksi. Perlindungan yang tidak lengkap terhadap penyakit pada anak yang telah divaksinasi dapat menurunkan keganasan penyakit. Infeksi alam memberi kekebalan mutlak terhadap pertusis selama masa kanak-kanak, sedangkan perlindungan akibat imunisasi kurang lengkap karena masih ditemukan pertusis pada anak yang telah mendapatimunisasi lengkap walaupun dengan gejala ringan. Proporsi populasi yang rentan terhadap pertusis ditentukan oleh: tingkat kelahiran bayi, cakupan imunisasi, efektivitas vaksin yang digunakan, insiden penyakit dan derajat penurunan kekebalan setelah imunisasi atau sakit.

Diseluruh dunia ada 60 juta kasus pertusis setahun dengan lebih dari setengah juta meniggal.selama masa prafaksin tahun 1922-1948, pertusis adalah penyebab utama kematian dari penyakit menular pada anak dibawah usia 14 tahun di America serikat. Penggunaan vaksin pertusis yang meluas menyebabkan penurunan kasus yang dramatis insiden penyakit yang tinggi di Negara-negara sedang berkembang dan maju. Di America penerapan kebijakan yang lemah sebagian menyebabkan naiknya insiden pertusis pertahun sampai 1,2 kasus/100000 populasi dari tahun 1980-1989 dan pertusis dibanyak Negara bagian.

 

1.2  Rumusan Masalah

1.      Apa definisi dari pertusis ?

2.      Apa epidemiologi dari pertusis ?

3.      Apa  saja etiologi dari pertusis  ?

4.      Bagaimana manifestasi klinis dari pertusis ?

5.      Bagaimana patofisiologi dari pertusis ?

6.      Apa saja pemeriksaan penunjang dari pertusis ?

7.      Bagaimana penatalaksanaan umum dari pertusis ?

8.      Bagaimana cara mencegah pertusis ?

1.3  Tujuan

1.    Untuk mengetahui definisi dari pertusis

2.    Untuk mengetahui epidemologi dari pertusis

3.    Untuk mengetahui etiologi dari pertusis

4.    Untuk mengetahui manifestasi klinis dari pertusis

5.    Untuk mengetahui patofisiologi dari pertusis

6.    Untuk mengetahui  pemeriksaan penunjang dari pertusis

7.    Untuk  penatalaksanaan umum dari pertusis

8.    Untuk mengetahui cara pencegahan dari pertusis

1.4  Manfaat

1.    Dapat mengetahui definisi dari pertusis

2.    Dapat mengetahui epidemologi dari pertusis

3.    Dapat mengetahui etiologi dari pertusis

4.    Dapat mengetahui manifestasi klinis dari pertusis

5.    Dapat mengetahui patofisiologi dari pertusis

6.    Dapat mengetahui  pemeriksaan penunjang dari pertusis

7.    Dapat penatalaksanaan umum dari pertusis

8.    Dapat mengetahui cara pencegahan dari pertusis

 

 

 

 

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Definisi

Pertusis adalah penyakit saluran napas yang disebabkan oleh Bordetella pertusis. Nama lain penyakit ini adalah tussis quinta, whooping cough, batuk rejan, batuk 100 hari. (Arif Mansjoer, 2000)

Pertusis adalah penyakit infeksi yang ditandai dengan radang saluran nafas yang menimbulkan serangan batuk panjang yang bertubi-tubi, berakhir dengan inspirasi berbising. (Ramali, 2003)

Pertusis adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan yang sangat menular dengan ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang bersifat spasmodik dan paroksismal disertai nada yang meninggi. (Rampengan, 1993)

Pertusis adalah suatu infeksi akut saluran nafas yang mengenai setiap pejamu yang rentan, tetapi paling sering dan serius pada anak-anak. (Behrman, 1992)

2.2  Epidemologi

Pertusis adalah satu dari penyakit-penyakit yang paling menular, dapat menimbulkan “attack rate” 80-100% pada penduduk yang rentan. Di seluruh dunia ada 60 juta kasus pertusis setahun dengan lebih dari 500.000 meninggal. Selama masa pra-vaksin tahun 192-1948, pertusis adalah penyebab utama kematian dari penyakit menular pada anak di bawah usia 14 tahun di Amerika Serikat. Dilaporkan juga bahwa 50 persen adalah bayi kurang dari setahun, 75 persen adalah anak kurang dari 5 tahun.

Pertusis terutama mewabah di negara-negara berkembang dan maju, seperti Italian, daerah-daerah tertentu di Jerman dimana cakupan vaksin rendah atau Nova Scatia dimana digunakan vaksin yang kurang poten, dengan angka insidensi rata-rata mencapai 200-500/100.000 populasi dengan angka kematian 350.000 pada anak dibawah 5 tahun. Di Amerika Serikat sendiri dilaporkan insidensi tertinggi 4500 kasus sejak tahun 1967. Namun setelah hal tersebut, pertusis jarang sekali kasusnya karena sudah lebih di galakkan vaksinasi.  Pertusis adalah endemik, dengan ditumpangin siklus endemik setiap 3-4 tahun sesudah akumulasi kelompok rentan yang cukup besar. Dilaporkan sebagian kasus terjadi dari bulan Juli sampai dengan Oktober. Pertusis sangat menular dengan angka serangan 100% pada individu rentan yang terpajan pada aerosol dengan rentang yang rapat. Penyebaran terjadi melalui kontak langsung atau melalui droplet yang ditularkan selama batuk. Dahulu dikatakan bahwa Perempuan terkena lebih sering daripada laki-laki dengan perbandingan 0.9:1 . Namun dengan laporan terbaru (Farizo, 1992) perbandingan insidensi antara perempuan dan laki-laki menjadi sama sampai umur dibawah 14 tahun. Sedangkan proporsi anak belasan tahun dan orang dewasa yang terinfeksi pertusis naik secara bersama samapai 27% pada tahun 1992-1993. Tanpa reinfeksi alamiah dengan B.pertussis atau vaksinasi booster berulang, anak yang lebih tua dan orang dewasa lebih rentan terhadap penyakit ini jika terpajan. Sedangkan antibodi dari ibu secara transplasental pada anak tidaklah konsisten mencegah bayi yang baru lahir terhadap pertussis. Pertussis pada neonatus yang berat dapat ditemukan dengan gejala-gejala pertussis normal.

2.3  Etiologi

Bordetella pertusis adalah satu-satunya penyebab pertusis yaitu bakteri gram negatif, tidak  bergerak,  dan ditemukan  dengan  melakukan  swab  pada  daerah nasofaring dan ditanamkan pada media agar Bordet-Gengou. (Arif Mansjoer, 2000). Adapun ciri-ciri organisme ini antara lain:

1.      Berbentuk batang (coccobacilus)

  1. Tidak dapat bergerak
  2. Bersifat gram negative
  3. Tidak berspora, mempunyai kapsul
  4. Mati pada suhu 55ºC selama ½ jam, dan tahan pada suhu rendah (0º- 10ºC)
  5. Dengan pewarnaan Toluidin blue, dapat terlihat granula bipolar metakromatik
  6. Tidak sensitif terhadap tetrasiklin, ampicillin, eritomisisn, tetapi resisten terhdap penicillin
  7. Menghasilkan 2 macam toksin antara lain :
  8. Toksin tidak tahan panas (Heat Labile Toxin).
  9.  Endotoksin (lipopolisakarida)

2.4  Manifestasi Klinis

            Masa tunas 7 – 14 hari. Penyakit ini dapat berlangsung selama 6 minggu atau lebih dan terbagi dalam 3 stadium:

a.       Stadium Kataralis

Stadium ini berlangsung 1 – 2 minggu ditandai dengan adanya batuk-batuk ringan, terutama pada malam hari, pilek, serak, anoreksia, dan demam ringan.Stadium ini menyerupai influenza.

b.      Stadium spasmodic

                        Berlangsung selama 2 – 4 minggu, batuk semakin berat sehingga pasien gelisah dengan muka merah dan sianotik.Batuk terjadi paroksismal berupa batuk-batuk khas. Serangan batuk panjang dan tidak ada inspirasi di antaranya dan diakhiri dengan whoop (tarikan nafas panjang dan dalam berbunyi melengking). Sering diakhiri muntah disertai sputum kental.Anak-anak dapat sempat terberak-berak dan terkencing-kencing. Akibat tekanan saat batuk dapat terjadi perdarahan subkonjungtiva  dan  epistaksis. Tampak keringat, pembuluh darah leher dan muka lebar.

c.       Stadium konvalesensi

Berlangsung selama 2 minggu sampai sembuh.Jumlah dan beratnya serangan batuk berkurang, muntah berkurang, dan nafsu makan timbul kembali.

2.5   Patofisiologi

Penularan terutama melalui saluran pernafasan, di mana Bordetella pertusis akan terikat pada silia epitel saluran pernafasan. Bordetella pertusis tidak memasuki jaringan sehingga tidak dijumpai dalam darah. Setelah mikroorganisme terikat pada sillia, maka fungsi sillia akan terganggu sehingga aliran mukus/lendir terhambat dan terjadi pengumpulan lendir. Adanya organisme ini pada permukaan saluran pernafasan dapat terlihat dari bertambahnya sekret mukus.Dan lendir yang terbentuk dapat menyumbat bronkus kecil hingga dapat menimbulkan empisema dan atelektasis.

2.6  Pemeriksaan Penunjang

Pada stadium kataralis dan permulaan stadium spasmodic jumlah leukosit meninggi kadang sampai 15.000-45000 per mm3 dengan limfositosis, diagnosis, dapat diperkuat dengan mengisolasi kuman dari sekresi jalan napas yang dikeluarkan pada waktu batuk.Secara laboratorium diagnosis pertusis dapat ditentukan berdasarkan adanya kuman dalam biakan atau dengan pemeriksaan imunofluoresen.

2.7   Penatalaksanaan Umum

  1. Antibiotik

                        Eritromisin dengan dosis 50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis. Obat ini menghilangkan Bordetella pertusis dari nasofaring dalam 2-6 hari (rata-rata 3-6 hari), dengan demikian memperpendek kemungkinan penyebaran infeksi. Ampisilin dengan dosis 100 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis. Lain-lain, seperti rovamisin, kloramfenikol, kotrimoksasol, tetrasiklin, ekspektoran dan mukolitik, kodein (diberikan bila terdapat batuk-batuk yang berat, dan luminal (sebagai sedatif).

  1. Imunoglobulin diberikan bila diperlukan.
  2. Pencegahan dengan imunisasi.

Diberikan vaksin pertusis yang terdiri dari kuman bordetella pertusis yang telah dimatikan untuk mendapatkan imunitas aktif. Vaksin ini diberikan bersama vaksin difteri dan tetanus.Dosis yang dianjurkan 12 unit diberikan pada umur 2 bulan. Kontra indikasi pemberian vaksin pertusis:

1.      Panas lebih dari 33ºC.

  1. Riwayat kejang.
  2. Reaksi berlebihan setelah imunisasi DPT sebelumnya, misalnya suhu tinggi dengan kejang, penurunan kesadaran, syok atau reaksi anafilatik lainnya.

  1. Terapi Suportif
  2. Hindari makanan yang sulit ditelan.
  3. Lingkungan perawatan penderita yang tenang.
  4. Pemberian jalan nafas.

2.8   Pencegahan

  1. Imunisasi aktif :

            Dosis total 12 unit protektif vaksin pertussis dalam 3 dosis yang seimbang dengan jarak 8 minggu. Imunisasi dilakukan dengan menyediakan toksoid pertussis, difteria dan tetanus (kombinasi). Jika pertusis bersifat prevalen dalam masyarakat, imunisasi dapat dimulai pada waktu berumur 2 minggu dengan jarak 4 minggu. Anak-anak berumu > 7 tahun : tidak rutin diimunisasi. Imunitas tidak permanen oleh karena menurunnya proteksi selama adolesens ; infeksi pada penderita .besar biasanya ringan tetapi berperansebagai sumber infeksi B.pertussis pada bayi-bayi non imun.Vaksin pertusis monovalen (0.25 ml,i.m) telah dipakai untuk mengontrol epidemi diantara orang dewasa yang terpapar. Efek samping sesudah imunisasi pertussis termasuk manifestasi umum seperti eritema, indurasi, dan rasa sakit pada tempat suntikan , dan sering terjadi panas, mengantuk, dan jarang terjadi kejang, kolaps, hipotonik, hiporesponsif, ensefalopati, anafilaksis. Resiko terjadinya kejang demam dapat dikurangi dengan pemberian asetaminofen (15mg/kg BB, per oral) pada saat imunisasi dan setiap 4-6 jam untuk selama 48-72 jam. Imunisasi pertama pertussis ditunda atau dihilangkan : Penyakit panas, kelainan neurologis yang progresif atau perubahan neurologis, riwayat kejang dll. Riwayat keluarga adanya kejang, “sudden infant death syndrome (SIDS)” atau reaksi berat terhadap imunisasi pertussis bukanlah kontra indikasi untuk imunisasi pertussis. Kontra indikasi untuk pemberian vaksin pertussis berikutnya termasuk ensefalopati dalam 7 hari sebelum imunisasi, kejang demam atau kejang tanpa demam dalam 3 hari sebelum imunisasi, menangis 3 jam, “high picth cry” dalam 2 hari, kolaps atau hipotonik/hiporesponsif dalam 2 hari, suhu yang tidak dapat diterangkan 40.5 °C dalam 2 hari, atau timbul anafilaksis. kontak :

1.    Eritromisin efektif untuk pencegahan pertussis pada bayi-bayi baru lahir dan ibu-ibu dengan pertussis.

2.    Kontak intim yang berumur

3.    Eritromisin : 50 mg/kg BB/hari dibagi dalam 4 dosis, peroral selama 14 hari. Anak yang berumur > 7 tahun yang telah mendapatkan imunisasi juga diberikan eritromisin profilaksis. Pengobatan eritromisin awal akan mengurangi penyebaran infeksi eliminasi B. pertussis dari saluran pernafasan, dan mengurangi gejala-gejala penyakit.

Orang-orang yang kontak dengan penderita pertussis yang belum mendapat imunisasi sebelumnya, diberikan eritromisin selama 14 hari sesudah kontak diputuskan. Jika ada kontak tidak dapat diputuskan, eritromisin diberikan sampai batuk penderita berhenti atau mendapat eritromisin selama 7 hari. Vaksin pertussis monovalen dan eritromisin diberikan pada waktu terjadi epidemi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB 3

PATHWAY

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB 4

ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian

Pada anak A, di Ruang Anak  RSUD DR Soetomo Surabaya

Tanggal Pengkajian : 7 Oktober 2016                            Jam 11.30 WIB

4.1.1        IDENTITAS KLIEN

Nama Bayi: An A
TTL : 7/09/2009
Umur : 7 tahun 1 hari
Nama Ayah/ Ibu : Tn. M (Alm) / Ny.M
Pekerjaan Ibu : Buruh
Alamat : Penanggulan RT 04 RW I Pegandon - Kendal
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan ayah : SD
Pendidikan Ibu : SD

Diagnosa : Pertusis

4.1.2        RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN

A.    Keluhan Utama : Batuk Rejan

B.     Riwayat Penyakit Sekarang :

An A tinggal bersama orang tuanya di tempat yang padat penduduk. Satu minggu terakhir an A mengeluh pusing  kepada ibunya. Ibu mengetahui an A demam dan batuk yang timbul mula-mula malam hari. Setiap kali batuk an A disertai rasa muntah, terkadang sampai muntah. Nafs makan an A menurun karena seringnya batuk. Hingga karena batuknya semakin hebat, ibunya memutuskan untuk di bawa kerumah sakit.

C.     Riwayat Penyakit dahulu :

Tidak ada

D.    Riwayat Keluarga :

 Tidak Ada

4.1.3        OBSERVASI  DAN PEMERIKSAAN FISIK

a.       Keadaan Umum : Baik, Kesadaran Kompos Mentis

b.      Tanda-Tanda Vital :

S           : 380

N           :102 x/mnt

TD        :110/80 mmHg

RR        : 30 x/mnt

4.1.4        REVIEW OF SYSTEM

a.         Pernafasan B1 (breath)

 Bentuk dada                        : normal

Pola nafas                              : tidak teratur

Suara napas                           : ronchi

Batuk                                    : ya, ada sekret

Retraksi otot bantu napas     : ada

Alat bantu pernapasan          : nasal kanul 3 lpm

b.        Kardiovaskular B2 (blood)

Irama jantung                        : regular

Nyeri dada                            : tidak

Bunyi jantung                       : normal

Akral                                     : panas

c.          Persyarafan B3 (brain)

Keluhan pusing (+)

Gangguan tidur (+)

Penglihatan (mata)                : anemia

Pendengaran (telinga)           : tidak ada gangguan

Penciuman (hidung)              : tidak ada gangguan

d.        Perkemihan B4 (bladder)

Kebersihan                            : bersih

Bentuk alat kelamin              : normal

Uretra                                    : normal

e.         Pencernaan B5 (bowel)

Nafsu makan                         : menurun

Porsi makan                           : tidak habis, 3 kali sehari

Mulut                                    : bersih

Mukosa                                 : lembap

f.         Muskuloskeletal/integument B6 (bone)

Kemampuan pergerakan sendi          : bebas

4.1.5         PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.    Pemeriksaan darah lengkap(DL)  jumlah leukosit antara 11.000-75.000 sel / m³darah

2.    Kultur Bordetella Pertusis

3.    Foto Thorax menunjukkan adanya atelektasis

 

4.2      Diagnosa Keperawatan

1.         Ketidak efektifan bersihan jalan nafas

2.         Hipertermia

3.         Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4.3      Perencanaan

NO
TANGGAL
DIAGNOSA KEPERAWATAN DITEGAKKAN/KODE DIAGNOSA
NOC DAN INDIKATOR SERTA NILAI AWAL DAN NILAI TARGET
NIC RENCANA TINDAKAN ATAU
URAIAN AKTIVITAS
1
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
2
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
3
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
4
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
7 Oktober 2016
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
10 oktober 2016
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
10 oktober 2016
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
10 oktober 2016 
Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d mucus berlebihan di tandai oleh sputum dalam jumlah yang berlebihan
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan rokok dan polusi ditandai oleh Pasien mengeluh batuk, dispnea, terdapat suara napas tambahan, sianosis dan batuk tidak efektif
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma) ditandai  oleh pasien mengeluh nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk, pucat dan ekspresi wajah nyeri(bingung, ansietas).
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Kerusakan inategritas kulit  berhubungan dengan faktor mekanik ditandai oleh klien mengeluh adanya luka tusukan benda tajam dan ada luka bekas tusukan benda tajam
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  1. Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam pola pernafasan teratasi
Kriteria hasil :
  1. Status Pernafasan : kepatenan jalan nafas (0410)
 
Kode
Indikator
S.A
S.T
041004
Frekuensi pernafasan
3
5
041005
Irama pernafasan
3
5
041012
Kemampuan mengeluarkan sekret
3
5
Keterangan : 041004, 041005, 041012,
  1. Deviasi berat dari kisaran normal
  2. Deviasi yang cukup berat dari kisaran normal
  3. Deviasi sedang dari kisaran normal
  4. Deviasi ringan dari kisaran normal
  5. Tidak ada diviasi dari kisaran normal
keterangan : 041513, 041514, 041515, 041522 &041511
  1. Sangat berat
  2. Berat
  3. Cukup
  4. Ringan
  5. Tidak ada
 
  1. Status Pernafasan Ventilasi (0403)
Kode
Indikator
S.A
S.T
040309
Penggunaan otot bantu nafas
2
5
Keterangan:
  1. Sangat berat
  2. Berat
  3. Cukup
  4. Ringan
  5. Tidak ada
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  1. Tujuan : setelah dilakukan asuhan selama 2 x 24 jam ketidakefektifan bersihan  jalan nafas teratasi
Kriteria hasil :
Status pernafasan: kepatenan jalan nafas (0410)
Kode
Indikator
S.A
S.T
041012
Kemampuan untuk mengeluarkan secret
3
5
041018
Penggunaan otot bantu nafas
2
5
041021
Akumulasi sputum
3
5
Keterangan: 041012
  1. Deviasi berat dari kisaran normal
  2. Deviasi yang cukup berat dari kisaran normal
  3. Deviasi sedang dari kisaran normal
  4. Deviasi ringan dari kisaran normal
  5. Tidak ada diviasi dari kisaran normal
Keterangan : 041018 & 041021
  1. Sangat berat
  2. Berat
  3. Cukup
  4. Ringan
  5. Tidak ada
 
 
 
 
 
  1. Tujuan : setelah dilakukan asuhan selama 1 x 24 jam nyeri akut teratasi
Kriteria hasil :
  1. Kontrol nyeri (1605)
Kode
Indikator
S.A
S.T
160505
Menggunakan analgesik yang direkomendasikan 
2
5
Keterangan :
  1. Tidak pernah menunjukan
  2. Jarang menunjukan
  3. Kadang-kadang menunjukan
  4. Sering menunjukan
  5. secara konsisten menujukkan
 
 
  1. status kenyamanan fisik (2010)
Kode
Indikator
S.A
S.T
201011
Kepatenan jalan nafas  
2
5
 
201017
Nyeri otot
2
5
Keterangan : 201011
  1. sangat terganggu
  2. banyak terganggu
  3. cukup terganggu
  4. sedikit terganggu
  5. tidak terganggu
keterangan: 201017
  1. berat
  2. cukup berat
  3. sedang
  4. ringan
  5. tidak ada
  1. tanda-tanda vital (0802)
Kode
Indikator
S.A
S.T
080203
Denyut nadi radial  
2
5
 
080210
Irama pernafasan
2
5
Keterangan:
  1. deviasi berat daari kisaran normal
  2. deviasi yang cukup berat dari kisaran normal
  3. deviasi sedang dari kisaran normal
  4. deviasi ringan dari kisaran normal
  5. tidak ada deviasi dari kisaran normal
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  1. Tujuan : setelah dilakukan asuhan selama 7 x 24 jam kerusakan integritas kulit teratasi.
Kriteria hasil:
Integritas jaringan:kulit & membran mukosa (1101)
Kode
Indikator
S.A
S.T
110113
Lesi pada kulit  
2
5
 
110114
Lesi mukosa membran
2
5
Keterangan:
  1. berat
  2. cukup berat
  3. sedang
  4. ringan
  5. tidak ada
 
 
Manajemen Jalan Nafas (3140)
  1. pastikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
  2. identifikasi kebutuhan aktual / potensial pasien untuk memasukkan alat membuka jalan nafas
  3. auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak adanya suara tambahan
  4. posisikan untuk meringankan sesak nafas
 
Monitor Pernafasan (3350)
  1. monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas.
  2. Catat pergerakan dada, ketidaksimetrisan, penggunaan otot-otot bantu nafas, dan retraksi pada otot supraclavicula dan inter costa
  3. Monitor suara nafas tambah seperti ngorok atau mengi
  4. Monitor pola nafas (mis; bradipneu, hiperventilasi, pernafasan kusmaul, pernafasan 1:1, apnuestik, respirasi biot, dan pola ataxic)
  5. palpasi kesimetrisan paru
  6. monitor kemampuan batuk efektif
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Penghisapan Lendir Pada Jalan Nafas (3160)
  1. lakukan tindakan cuci tangan
  2. lakukan tindakan (universal percaution) 
  3. gunakan alat pelindung (sarung tanga, kacamata, masker), sesuai dengan kebutuhan.
  4. Tentuka perlunya suction mulut atau trakea
  5. Auskultasi suara nafas sebelum dan setelah tindakan suction
  6. Instruksikan kepada pasien untuk menarik nafas dalam sebelum dilakukan suction naso tracheal dan gunakan oksigen seuai kebutuhan.
  7. Gunakan angka terendah pada dinding suction yang diperlukan untuk membuang sekresi (mis., 80-120 mmHg untuk pasien dewasa)
  8. Monitor dan catat warna, jumlah dan konsistensi sekret
  9. Kirimkan sample secret untuk tes kultur dan sensivitas, sebagai mestinya
  10. Instruksikan pasien dan keluarga untuk melakukan suksion jalan nafas, sebagai mestinya.
 
 
Manajemen Nyeri (1400)
  1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi,kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus.
  2. Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemantauan yang ketat.
  3. Berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan resepan analgesik
  4. Gunakan tindakan pengontrol nyeri sebelum nyeri bertambah berat.
  5. Dukung istirahat adekuat untuk penurunan nyeri
  6. Beri tahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau keluhan pasien saat ini berubah signifikan dari pengalaman nyeri sebelumnya.
 
Pemberian analgesik (2210)
1.      Tentukan lokasi, karakteristik dan keparahan nyeri sebelum mengobati pasien.
2.      Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan.
3.      Cek adanya riwayat alergi obat
4.      Tentukan pilihan obat anal gesik
5.      Monitor tanda vital sebelum dan setelah memberikan analgesik narkotik pada pemberian dosis pertama kali atau jika ditemukan tanda-tanda yang tidak biasanya.
6.      Berikan analgesik sesuai waktu paruhnya, terutama pada nyeri yang berat.
7.      Lakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan efek samping analgesik (misalnya konstipasi, dan iritasi lambung)
8.      Kolaborasikan dengan dokter apakah obat, dosis, rute pemberian, atau perubahan interval dibutuhkan, buat rekomendasi khusus berdasarkan prinsip analgetik.
9.      Ajarkan tentang efek samping, dan harapan terkait dengan keterlibatan dalam keputusan pengurangan nyeri.
 
Perawatan Luka (3660)
  1.  Angkat balutan dan plester perekat
  2. Ukur luas luka
  3. Berikan rawatan insisi pada luka, yang diperlukan
  4. Berikan balutan yang sesuai dengan jenis luka
  5. Pertahankan teknik balutan steril ketika melakukan perawatan luka dengan tepat
  6. Ganti balutan sesuai dengan jumlah eksudat dan drainase luka dengan tepat
  7. Periksa luka setiap kali perubahan balutan
  8. Bandingkan dan catat setiap perubahan luka
  9. Dorong cairan, yang sesuai
  10. Anjurkan pasien dan keluarga pada prosedur perawatan luka
  11. Anjurka pasien dan keluarga untuk mengenal tanda dan gejala infeksi
  12. Dokumentasi lokasi luka, ukuran, dan tampilan.
 

4.4      Penatalaksanaan

Hari/Tanggal
No Diagnosa
Tindakan Keperawatan
Evaluasi Proses
Ttd
7 Oktober 2016
 
00031
Manajemen Jalan Nafas (3140)
  1. pastikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
  2. identifikasi kebutuhan aktual / potensial pasien untuk memasukkan alat membuka jalan nafas
  3. auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak adanya suara tambahan
4.      posisikan untuk meringankan sesak nafas
Monitor Pernafasan (3350)
  1. monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas.
  2. Catat pergerakan dada, ketidaksimetrisan, penggunaan otot-otot bantu nafas, dan retraksi pada otot supraclavicula dan inter costa
  3. Monitor suara nafas tambah seperti ngorok atau mengi
  4. Monitor pola nafas (mis; bradipneu, hiperventilasi, pernafasan kusmaul, pernafasan 1:1, apnuestik, respirasi biot, dan pola ataxic)
  5. palpasi kesimetrisan paru
  6. monitor kemampuan batuk efektif
 
 
1.      memastikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2.      mengidentifikasi kebutuhan actual/potensial pasien untuk memasukkan alat membuka jalan nafas
3.      mengauskultasi nafas, mencatat area yang ventilasinya menurun/tidak adanya suara tambahan
4.      memposisikan untuk meringankan sesak nafas
 
 
 
 
Monitor Pernafasan (3350)
  1. memonitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas.
  2. mencatat pergerakan dada, ketidaksimetrisan, penggunaan otot-otot bantu nafas, dan retraksi pada otot supraclavicula dan inter costa
  3. Memonitor suara nafas tambah seperti ngorok atau mengi
  4. Memonitor pola nafas (mis; bradipneu, hiperventilasi, pernafasan kusmaul, pernafasan 1:1, apnuestik, respirasi biot, dan pola ataxic)
  5. mempalpasi kesimetrisan paru
 
  1. memonitor kemampuan batuk efektif
 
 
 
Jumat/7-10-2016
00031
Penghisapan Lendir Pada Jalan Nafas (3160)
  1. lakukan tindakan cuci tangan
  2. lakukan tindakan (universal percaution) 
  3. gunakan alat pelindung (sarung tanga, kacamata, masker), sesuai dengan kebutuhan.
  4. Tentuka perlunya suction mulut atau trakea
  5. Auskultasi suara nafas sebelum dan setelah tindakan suction
  6. Instruksikan kepada pasien untuk menarik nafas dalam sebelum dilakukan suction naso tracheal dan gunakan oksigen seuai kebutuhan.
  7. Gunakan angka terendah pada dinding suction yang diperlukan untuk membuang sekresi (mis., 80-120 mmHg untuk pasien dewasa)
  8. Monitor dan catat warna, jumlah dan konsistensi sekret
  9. Kirimkan sample secret untuk tes kultur dan sensivitas, sebagai mestinya
  10. Instruksikan pasien dan keluarga untuk melakukan suksion jalan nafas, sebagai mestinya.
 
 
 
 
 
 
 
Penghisapan Lendir Pada Jalan Nafas (3160)
  1. Melakukan tindakan cuci tangan
  2. Melakukan tindakan (universal percaution) 
  3. Menggunakan alat pelindung (sarung tanga, kacamata, masker), sesuai dengan kebutuhan.
  4. Menentuka perlunya suction mulut atau trakea
  5. Mengauskultasi suara nafas sebelum dan setelah tindakan suction
  6. Menginstruksikan kepada pasien untuk menarik nafas dalam sebelum dilakukan suction naso tracheal dan gunakan oksigen seuai kebutuhan.
  7. Mengguunakan angka terendah pada dinding suction yang diperlukan untuk membuang sekresi (mis., 80-120 mmHg untuk pasien dewasa)
  8. Memonitor dan catat warna, jumlah dan konsistensi sekret
  9. Mengirimkan sample secret untuk tes kultur dan sensivitas, sebagai mestinya
  10. Menginstruksikan pasien dan keluarga untuk melakukan suksion jalan nafas, sebagai mestinya.
 
 
 
Jumat/7-10-2016
 
00132
 
Manajemen Nyeri (1400)
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi,kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus.
2. Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemantauan yang ketat.
3. Berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan resepan analgesik
4. Gunakan tindakan pengontrol nyeri sebelum nyeri bertambah berat.
5. Dukung istirahat adekuat untuk penurunan nyeri
6. Beri tahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau keluhan pasien saat ini berubah signifikan dari pengalaman nyeri sebelumnya.
 
Pemberian analgesik (2210)
1. Tentukan lokasi, karakteristik dan keparahan nyeri sebelum mengobati pasien.
2. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan.
3. Cek adanya riwayat alergi obat
4. Tentukan pilihan obat anal gesik
5. Monitor tanda vital sebelum dan setelah memberikan analgesik narkotik pada pemberian dosis pertama kali atau jika ditemukan tanda-tanda yang tidak biasanya.
6. Berikan analgesik sesuai waktu paruhnya, terutama pada nyeri yang berat.
7. Lakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan efek samping analgesik (misalnya konstipasi, dan iritasi lambung)
8. Kolaborasikan dengan dokter apakah obat, dosis, rute pemberian, atau perubahan interval dibutuhkan, buat rekomendasi khusus berdasarkan prinsip analgetik.
9. Ajarkan tentang efek samping, dan harapan terkait dengan keterlibatan dalam keputusan pengurangan nyeri.
 
 
 
 
 
 
 
Manajemen Nyeri (1400)
1.      Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi,kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus.
2.      Memastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemantauan yang ketat.
3.      Memberikan individu penurun nyeri yang optimal dengan resepan analgesik
4.      Menggunakan tindakan pengontrol nyeri sebelum nyeri bertambah berat.
5.      Mendukung istirahat adekuat untuk penurunan nyeri
6.      Memberi tahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau keluhan pasien saat ini berubah signifikan dari pengalaman nyeri sebelumnya.
 
 
 
Pemberian analgesik (2210)
1.      Menentukan lokasi, karakteristik dan keparahan nyeri sebelum mengobati pasien.
2.      Mengecek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan.
3. Mengecek adanya riwayat alergi obat
4. Menentukan pilihan obat anal gesik
5. Memonitor tanda vital sebelum dan setelah memberikan analgesik narkotik pada pemberian dosis pertama kali atau jika ditemukan tanda-tanda yang tidak biasanya.
6. Memberikan analgesik sesuai waktu paruhnya, terutama pada nyeri yang berat.
7. Melakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan efek samping analgesik (misalnya konstipasi, dan iritasi lambung)
8. Kolaborasikan dengan dokter apakah obat, dosis, rute pemberian, atau perubahan interval dibutuhkan, buat rekomendasi khusus berdasarkan prinsip analgetik.
9. Ajarkan tentang efek samping, dan harapan terkait dengan keterlibatan dalam keputusan pengurangan nyeri.
 
 
 
 
Jumat/7-10-2016
 
00046
 
Perawatan Luka (3660)
  1.  Angkat balutan dan plester perekat
  2. Ukur luas luka
  3. Berikan rawatan insisi pada luka, yang diperlukan
  4. Berikan balutan yang sesuai dengan jenis luka
  5. Pertahankan teknik balutan steril ketika melakukan perawatan luka dengan tepat
  6. Ganti balutan sesuai dengan jumlah eksudat dan drainase luka dengan tepat
  7. Periksa luka setiap kali perubahan balutan
  8. Bandingkan dan catat setiap perubahan luka
  9. Dorong cairan, yang sesuai
  10. Anjurkan pasien dan keluarga pada prosedur perawatan luka
  11. Anjurka pasien dan keluarga untuk mengenal tanda dan gejala infeksi
  12. Dokumentasi lokasi luka, ukuran, dan tampilan.
 
 
Perawatan Luka (3660)
  1.  Mengangkat balutan dan plester perekat
  2. Mengukur luas luka
  3. Memberikan rawatan insisi pada luka, yang diperlukan
  4. Memberikan balutan yang sesuai dengan jenis luka
  5. mempertahankan teknik balutan steril ketika melakukan perawatan luka dengan tepat
  6. Mengganti balutan sesuai dengan jumlah eksudat dan drainase luka dengan tepat
  7. Memeriksa luka setiap kali perubahan balutan
  8. Membandingkan dan catat setiap perubahan luka
  9. mendorong cairan, yang sesuai
  10. Menganjurkan pasien dan keluarga pada prosedur perawatan luka
 
  1. Menganjurka pasien dan keluarga untuk mengenal tanda dan gejala infeksi
  2. mendokumentasi lokasi luka, ukuran, dan tampilan.
 
 

 

 

 

 

 

4.5      Evaluasi

No
Hari/Tanggal, Jam
No. Diagnosa
Evaluasi
TTD
1
Jumat/7-10-2016, 09.00 wib
00031
S : Pasien mengatakan bahwa pola pernapasan tidak teratur
O : Pola napas tidak teratur dan terdapat secret
A : Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d mucus berlebihan
P : Membersihan saluran pernapasan terlebih dahulu
 
2
Jumat/7-10-2016, 09.00 wib
00031
S : Pasien mengeluh batuk
O : Dipsnea, terdapat suara napas tambahan 
A : Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d rokok dan polusi
P : Menjauhkan asap rokok dan polusi dari pasien.
 
 
3
Jumat/7-10-2016, 09.00 wib
00132
S : Pasien mengeluh nyeri pada dada
O : Pasien terlihat bingung, pucat serta ansietas
A : Nyeri akut b.d agen cedera fisik (trauma)
P : Memberikan obat anti nyeri dan menyuruh pasien untuk beristirahat
 
4
Jumat/7-10-2016, 09.00 wib
00046
S : Pasien mengeluh bahwa ada luka bekas tusukan benda tajam
O : Terdapat lesi pada kulit
A : Kerusakan inategritas kulit  berhubungan dengan faktor mekanik
P : Mengobati luka pasien
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB 5

PENUTUP

5.1              Kesimpulan

Pertusis banyak menyerang anak di bawah umur 5 tahun, dan ini banya di temukan di daerah yang belum di adakan imunisasi DPT, tetapi sekarang banyak pertusis sudah jarang di temuka di indonesia, karana banyi usia 2 bulan sudah di berikan imunisasi DPT. Tetapi kadang anka yang sudah di beri umunisasi terkadang belum memiliki kekebalan 100% memberikan perlindungan terhadap infeksi. Berarti anak-anak tersebut masih rentang terhadap infeksi pertusis.

 

5.2              Saran

menurut kelompok kami, bawalah anak anda untuk imunisasi sesuai waktunya, periksakan kesehatan secara berkala, hindarkan pada anak dengan penyakit pertusis karena menular.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Manjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran,  Edisi 3, Jilid II. Jakarta: Media Aesculapius

Behrman, Kliegnan, Arvin. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol. 2, Edisi 15. Jakarta: EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul.2006.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.Jakarta :Salemba Medika
Ngastiah.2005.Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta:EGC
Suriadi, dan Yuliani Rita. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 1.Jakarta : PT Fajar Interpratama.
http://textbookofbacteriology.net/pertussis.html


Law, Barbara J. Pertussis. Kendig’s : Disorders of Respiratory Tract in Children. Philadelphia, USA. WB Saunders, 1998. 6th edition. Chapter 62. h :1018-1023.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 
http://andreassunaryosdsjember.blogspot.co.id/